Analis adalah tester, ok kah dengan role ini?

Saat ini di JAVAN ada perubahan peran tester. Sebelumnya ada peran yang berbeda antara analis dan tester. Analis membuat fitur, tester menguji.

Tapi sepertinya metode di atas berpotensi lama, karena tester tidak punya pehamanan 100% terhadap ide analis, sehingga bisa terjadi kesalahpahaman persepsi antara analis dan tester.

Oleh karena itu, diubah menjadi analis adalah tester.

Setelah diuji oleh analis, sebuah fitur akan diuji lagi oleh QA yang merupakan tester yang netral / di luar project.

Apakah ini ok? Apa saja hambatan yang dihadapi? Sharing ya di sini

Menurut saya penggabungan peran analis+tester ini masuk akal. Sebagai orang yang “memesan makanan”, tentu analis menjadi pihak yang paling bisa memberi penilaian apakah makanan yang datang sudah sesuai dengan pesanan atau belum.

Dengan skema seperti itu, diharapkan akan ada komunikasi yang intense antara analis-programmer. Analis membuat list apa saja yang akan ditest di awal, programmer membuat fitur sesuai list tersebut. Ketika ada ketidaksesuaian, mau tidak mau analis(tester) akan komplain ke engineer. Jika merasa ada yg kurang pas terkait hasil testing, engineer bisa langsung memberikan feedback ke analis, tanpa perlu perantara “tester”.

Tentunya peran analis akan membesar dan perlu aktif sepanjang waktu, sehingga perlu menerapkan strategi yang sama dengan programmer terkait single project.